Jump to content

Draft:Figure - Rian Mantasa

From Wikipedia, the free encyclopedia

Rian Mantasa Salve Prastica, yang akrab disapa Mantasa (lahir di Pati, 17 Mei 1993), adalah seorang akademisi dan profesional di bidang teknik sipil yang dikenal atas kontribusinya dalam penelitian manajemen sumber daya air. Ia juga merupakan mahasiswa berprestasi yang berhasil meraih IPK sempurna (4.0)[1] saat menyelesaikan program sarjana di Universitas Sebelas Maret (UNS)[2], serta telah mengukir banyak prestasi akademik di tingkat nasional dan internasional.

Pendidikan

Mantasa menempuh pendidikan sarjananya[3] di Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, pada program studi Teknik Sipil, di mana ia lulus dengan IPK sempurna, yaitu 4.0. Prestasi ini menjadikannya sebagai salah satu mahasiswa terbaik di UNS, dengan banyak liputan dari media nasional. Setelah menyelesaikan program sarjana, Mantasa melanjutkan pendidikan magisternya di Universitas Indonesia dengan spesialisasi pada manajemen sumber daya air, dan berhasil menyelesaikannya dengan dukungan Beasiswa LPDP pada tahun 2016–2018.

Karier dan Prestasi

Sebagai seorang akademisi dan profesional, Mantasa aktif dalam penelitian di bidang teknik sipil, khususnya dalam pengelolaan sumber daya air. Ia telah mempresentasikan hasil risetnya di berbagai konferensi internasional serta mempublikasikan makalah ilmiah.

Penghargaan

Mantasa telah menerima berbagai penghargaan bergengsi, baik dalam skala nasional maupun internasional, sebagaimana dirangkum dalam tabel berikut:

Tahun Jenis Penghargaan Pemberi Penghargaan
2024 Visualise Your Thesis UQ Winner[4] University of Queensland
2024 3MT People's Choice Award School of Civil Engineering, UQ
2023 The Best Presenter, International Climate Change Conference Gifu University, Universitas Sebelas Maret
2022 The Best Presenter, International Climate Change Conference Gifu University, Universitas Sebelas Maret
2021 Winner of Best Presenter, National Conference of Applied Technology Universitas Gadjah Mada
2019 The Best Presenter, International Climate Change Conference Gifu University, Universitas Sebelas Maret
2017 The Best Paper Award, National Civil Engineering Conference Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Universitas Pelita Harapan (UPH), Universitas Udayana (UNUD), Universitas Trisakti (USAKTI), Universitas Sebelas Maret (UNS), Institut Teknologi Nasional (ITENAS), dan Universitas Tarumanagara (UNTAR)


Kontribusi dalam Penelitian

Salah satu penelitian penting Mantasa adalah studi mengenai Sungai Bah Bolon[5], yang berfokus pada dampak lingkungan dan pengelolaan sumber daya air. Penelitian ini mendapat apresiasi dari berbagai forum akademik nasional dan internasional. Mantasa terus berkomitmen untuk mengembangkan inovasi yang berkelanjutan di bidang teknik sipil.

Mantasa telah memberikan kontribusi signifikan dalam bidang teknik sipil, khususnya terkait dampak infrastruktur sumber daya air terhadap lingkungan. Dalam artikelnya di The Conversation, ia menyoroti bahwa penggunaan kanal beton sebagai pengelolaan sungai tidak efektif dalam mengurangi risiko banjir, serta menimbulkan masalah lingkungan tambahan, seperti hilangnya fungsi alami sungai untuk meresap air dan menjaga keseimbangan ekosistem (The Conversation[6]).

Selain itu, Mantasa juga membahas dampak pembangunan bendungan di Indonesia yang sering kali mengorbankan ekosistem lokal, mengurangi keanekaragaman hayati, dan menyebabkan penggusuran masyarakat lokal. Ia menawarkan solusi berkelanjutan melalui perencanaan infrastruktur yang lebih inklusif dan berbasis lingkungan (The Conversation[7]). Penelitian-penelitiannya memberikan wawasan penting bagi perancangan kebijakan yang mendukung pembangunan berkelanjutan.

Gagasan Melawan Korupsi Infrastruktur di Indonesia

Rian Mantasa Salve Prastica menyoroti isu korupsi dalam sektor infrastruktur di Indonesia sebagai salah satu hambatan utama pembangunan yang efektif dan berkelanjutan. Dalam risetnya, ia menjelaskan bahwa korupsi sering terjadi karena tingginya keterlibatan aktor politik dan pengusaha dalam proses pengadaan proyek, yang membuka peluang manipulasi anggaran, penggelembungan biaya, hingga pemberian kontrak secara tidak transparan. Ia juga mencatat bahwa sistem pengawasan yang lemah, rendahnya integritas lembaga pengelola proyek, serta budaya patronase turut memperparah masalah ini. Dampaknya tidak hanya menghambat efisiensi proyek, tetapi juga mengurangi kualitas hasil infrastruktur, membebani masyarakat, dan merusak kepercayaan publik terhadap pemerintah.

Untuk melawan korupsi infrastruktur, Mantasa mengusulkan berbagai pendekatan sistematis, seperti penguatan transparansi dalam proses pengadaan proyek, digitalisasi sistem pengelolaan anggaran, dan pengawasan independen yang ketat. Ia juga menekankan pentingnya memperbaiki budaya birokrasi melalui pelatihan etika dan integritas, serta melibatkan masyarakat sipil dalam memantau pelaksanaan proyek. Menurut Mantasa, reformasi sistemik ini harus dipadukan dengan penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku korupsi, untuk menciptakan sistem infrastruktur yang adil, efisien, dan berkelanjutan di Indonesia (The Conversation[8]).

References

[edit]